Situs Warisan Dunia dan Antrean yang Panjang
Dan kalau dunia memberi pengakuan bahwa ini signifikan dari sisi sejarah, misalnya, maka bertambah pula bobot kawasan ini untuk dikomunikasikan ke banyak pihak.
“Dengan masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO, tempat ini jadi dikenal, orang jadi banyak datang. Karena sudah dikenal luas, pemeliharaan jadi lebih mudah,” ujar Hilmar.
“Kalau dulu, orang ragu-ragu melestarikan karena tak ada keuntungannya. Setelah melihat ini, terlihat kan ada daya tarik. Itu yang paling konkrit.”
Lihat juga:Kota Tua sebagai Sebuah Ruang |
Kota Tua dan empat pulau luarnya (Onrust, Kelor, Cipir dan Bidadari) sudah masuk dalam Daftar Sementara (Tentative List) Situs Warisan Dunia UNESCO bersama 17 situs lain, di antaranya Kota Lama Semarang, Kota Tambang Batubara Sawahlunto, Permukiman Tradisional Nagari Sijunjung, dan Lanskap Sejarah dan Maritim Kepulauan Banda.
Nomination dossier, dokumen komprehensif pengajuan Kota Tua sebagai Situs Warisan Dunia, telah rampung dan dikirimkan pemerintah RI dan Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC) ke World Heritage Committee UNESCO pada 25 September 2015. Di dalamnya memuat nilai Kota Tua sebagai situs historis berikut upaya pelestariannya ke depan.
Setiap tahun ada antrean panjang untuk dinominasikan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Indonesia punya 900-an cagar budaya nasional, sementara yang diajukan untuk jadi Situs Warisan Dunia hanya satu situs per tahun.
Memilih satu dari 900-an cagar budaya itu butuh proses panjang melalui beragam kajian dan pembicaraan hingga menghasilkan satu keputusan. Bahan evaluasi pun mesti cukup dan kawasannya dapat dipelajari.
![]() |
Pasalnya tak semua kawasan dapat dipelajari dengan baik. Beruntung Kota Tua Jakarta relatif lebih mudah karena pemiliknya diketahui dan bisa diajak bicara.
“Kota Lama Semarang, pemiliknya tidak diketahui, jadi tidak bisa dilacak. Jangankan pemanfaatan, pemugaran saja tidak bisa,” ujar Hilmar.
“Kondisi cagar budaya di Indonesia seperti itu, kesulitan mencari informasi mengenai cagar budaya itu sendiri. Apalagi kalau bicara tentang pendaftaran, panjang lagi ceritanya.”
Sumber dana untuk konservasi dan revitalisasi didapat dari banyak sumber, salah satunya Fund-in-Trust yang dananya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan “dititipkan” ke UNESCO dan dikelola UNESCO. Selain itu, dana dari swasta dan dari luar negeri ada juga.
Tahun depan, Dirjen Kebudayaan akan mengajukan Kota Sawahlunto sebagai Situs Warisan Dunia. Sawahlunto yang digolongkan dalam warisan industri (industrial heritage), adalah pusat pertambangan batubara pada zaman Belanda.
“Hampir seluruhnya utuh dari zaman itu sampai sekarang. Kami akan fokus ke sana untuk menyiapkan pendaftarannya sebagai salah satu Warisan Dunia UNESCO,” kata Hilmar.