Proses Lahirnya Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)
M. Amin Djamaluddin
Pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam Jakarta
Gafatar adalah nama (baju) baru dari
Al-Qiyadah Al-Islamiyyah dan Komar (Komunitas Millah Abraham), setelah
“nabi” Ahmad Moshaddeq ditangkap dan divonis oleh Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan (menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya pada 29 Oktober
2007 dan divonis pada 23 April 2008) dengan hukuman penjara 4 (empat)
tahun.
Dalam rapat pengurus lengkap, pada Sabtu,
12 September 2009 di Jalan Raya Puncak KM 79, Cisarua, Bogor, Jawa
Barat, dalam pengarahan Ketuanya pada saat itu antara lain mengatakan,
“12 September 2009 ini adalah sebuah saah baru, sejarah baru dan
catatlah peristiwa ini baik-baik.” (hal. 16)
“Suatu hal yang perlu kita cerdasi, Allah
bukanlah orang Arab dan Dia (Allah) sangat mengerti apabila manusia
beribadah kepada-Nya menggunakan bahasa apa pun yang digunakannya. Ini
merupakan sebuah aqidah bersejarah yang aku ungkapkan kepada kalian,
pada tanggal 12 September 2009 bersejarah ini. Ini merupakan suatu yang
baru dari Alqi (Al-Qiyadah Al-Islamiyyah, pen) kita bergeser menuju
Millah Abraham. Kalau nanti orang mempermasalahkan nama yang kamu
gunakan, maka katakanlah kepada mereka, kamu adalah Komunitas Millah
Abraham.” (hal. 17).
“Pada masa transisi, penyesuaian
merupakan suatu yang logis. Dengan adanya peralihan dari Alqi
(Al-Qiyadah Al Islamiyyah, pen) kepada Komunitas Millah Abraham, tentu
saja perlu penyesuaian, perlu perubahan struktur.” (hal. 22)
Dengan mereka berganti nama (baju) dari
Al-Qiyadah Al-Islamiyyah menjadi Millah Abraham, akhirnya mereka bisa
leluasa dan bebas mengembangkan organisasinya di seluruh Indonesia.
Mereka hanya merubah namanya saja, akan tetapi ajarannnya masih tetap
sesat, karena mengikuti ajaran ”nabi” Ahmad Moshaddeq.
Alhamdulillah, Gubernur Aceh telah
mengeluarkan SK yang berisi larangan untuk Millah Abraham di seluruh
wilayah Aceh dengan SK Gubernur Aceh No. 9 tahun 2011, pada Kamis 26
April 2012. Akhirnya mereka berganti nama (baju) lagi dari Millah
Abraham menjadi Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara). Dengan nama baru ini,
mereka melakukan kegiatan sosial di mana-mana di seluruh Indonesia.
Kemudian, pada hari Kamis, 7 Juni 2012,
koran Radar Depok memuat wawancara jarak jauh dengan penulis, (pada saat
itu, penulis sedang pulang kampung ke Udik Bima, NTB). Penulis tidak
bisa mendengar suara wartawan Radar Depok tersebut, karena suara Hpnya
terputus-putus. Wartawan Radar Depok bertanya kepada penulis tentang
Gafatar yang kegiatannya luar biasa di Depok. Penulis jawab bahwasanya
Gafatar itu pada intinya masih tetap mengikuti ajaran yang bersumber
dari Ahmad Moshaddeq. Perlu diketahui bahwasanya Ahmad Moshaddeq ini
berasal dari Pesantren Al-Zaytun NII KW-9, Al-Qiyadah Al-Islamiyyah dan
juga Millah Abraham. Wawancara antara penulis dengan wartawan Radar
Depok via telepon ini, dimuat oleh Radar Depok pada hari Jumat, 8 Juni 2012.
Setelah Radar Depok menurunkan
berita hasil wawancara dengan penulis tersebut, akhirnya beberapa
pimpinan Gafatar mendatangi redaksi koran Radar Depok dan mereka
memprotes keras berita tersebut. Maka pada saat itu pula, wartawan Radar
Depok menelepon penulis, dan penulis jawab bahwa penulis masih di
kampung, belum pulang ke Jakarta.
Setelah penulis tiba di Jakarta, maka
pada Senin 11 Juni 2012, datanglah beberapa orang pengurus Gafatar ke
kantor LPPI di Jalan Tambak No. 20B Jakarta Pusat. Di Kantor LPPI, Ketua
Dewan Pimpinan Daerah Gafatar Jawa Barat, Ir. La Ode Arsam Tira protes
dan marah-marah kepada penulis. Penulis hanya mendengarkan dan diam saja
saat Ir. Laode marah-marah tersebut.
Setelah kemarahan Ir. Laode mereda, maka
penulis mengambil buku-buku asli tulisan Ahmad Moshaddeq dan buku
tulisan Ketua Umum Gafatar, Mahful Muis Hawari dan penulis perlihatkan
buku-buku tersebut kepada mereka semuanya.
Buku tulisan Ketua Umum Gafatar, Mahful
Muis Hawari yang berjudul Teologi Abraham Membangun Kesatuan Iman,
Yahudi, Kristen dan Islam. Penulis menilai bahwa buku ini merupakan
missi Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.
Buku tulisan Ahmad Moshaddeq yang
berjudul Eksistensi dan Konsekuensi Sebuah Kesaksian. Editor Mahful
Muis, S.Ag, M.A. Di dalam buku tersebut terdapat tulisan Ahmad Moshaddeq
dan juga tulisan Mahful Muis, S.Ag, M.A. Buku tulisan Ahmad Moshaddeq
yang berjudul Al Masih Al Maw’ud & Ruhul Qudus Dalam Perspektif
Taurat, Injil & Al-Qur`an.
Buku dengan judul Ruhul Qudus yang Turun
Kepada Al Masih Al Maw’ud. Di dalam buku tersebut, pada hal. 191, 192
hampir seluruh Pengurus Gafatar telah berbai’at kepada ”nabi” Ahmad
Moshaddeq.
Buku yang ke-4 ini hanya copyannya saja,
karena buku yang asli sudah disita oleh Polda Metro Jaya sebagai bukti
penodaan agama, sewaktu penulis melaporkan Ahmad Moshaddeq di Polda
Metro Jaya tahun 2007, delapan tahun yang lalu, sehingga divonis 4
(empat) tahun penjara.
Setelah mereka melihat buku-buku asli
tersebut, terutama buku tulisan Ketua Umumnya, alangkah kagetnya mereka.
Penulis berkata kepada Ir. La Ode, “Buku tulisan Ketua Umum Gafatar ini
berisi misi Yahudi, yaitu untuk menyesatkan umat Islam, sama dengan
misinya Millah Abraham!”
Penulis juga memperlihatkan kepada mereka
Susunan Pengurus Gafatar lengkap dengan foto-foto mereka dengan latar
foto berwarna orange serta nomor urut bai’at mereka kepada Ahmad
Moshaddeq.
Setelah penulis memperlihatkan buku-buku
asli tersebut kepada mereka, termasuk buku tulisan Ketua Umum Gafatar
dan buku tulisan Ahmad Moshaddeq tersebut, maka Ir. La Ode yang tadinya
marah-marah kepada penulis, akhirnya dia berkata kepada penulis, ”Pak
Amin ini orang tua kita, tempat kita bertanya berbagai masalah agama,”
sambil memegang bahu penulis. Kemudian setelah itu, mereka pun pulang.
(copy kartu namanya terlampir).
Jakarta, 11 Januari 2015